Langsung ke konten utama

Langkah 2: AGAMAKU (HARUS) ISLAM

2.1 Kenapa (Harus) Islam?

Saya tidak berani membantah betapa Islam adalah agama yang paling benar. Tugas kita pun sudah sangat jelas. Kita telah memiliki kontrak itu. Kita harus mampu melaksanakannya secara profesional. Kepada manusia kita senantiasa berkomitmen dengan MOU, bagaimana terhadap Islam? Sudah siapkah bekal kita di yaumiddin?

Rasulullah Saw. telah memberi petunjuk yang sangat jelas. Tidakkah kita mengetahuinya? Beliau telah meninggalkan petunjuk dan saya yakin kita tidak akan tersesat kehilangan-Nya.

Saya bertekad untuk mengindahkan Al-Qur'an dan Hadist Rasulullah Saw. Saya harus meyakini bahwa Al-Qur'an adalah sebaik-baiknya perkataan dan Hadist Rasulullah Saw. adalah sebaik-baiknya petunjuk. Saya tidak ingin terjerumus ke dalam bid'ah. Islam sangatlah simple. Kita lah yang selalu membuat rumit.

2.2 Bagaimana Menjadi Islam?

Saya sudah sedemikian banyak tertinggal. Saya terlalu banyak berbuat ingkar. Sungguh, saya harus segera bertaubat.

Banyak hal yang harus saya perbuat:
1. Saya harus senantiasa berikrar kepada Allah SWT dan Rasulullah Saw. dalam setiap do'a bada sholat wajib setiap hari.
2. Saya harus senantiasa bertawasul kepada Rasulullah Saw., para sahabat nabi serta para wali semaksimal mungkin.
3. Saya harus benar-benar menegakkan shalat wajib semaksimal mungkin (di awal waktu dan berjama'ah di mesjid)
4. Saya harus mengamalkan sholat sunnah lebih baik lagi, terutama sholat dhuha dan sholat tahajud.
5. Saya harus mengamalkan dan meningkatkan kadar ibadah puasa sunnah setiap hari senin dan hari kamis.
6. Saya harus melaksanakan zakat sesegera mungkin dan istiqomah melebihkannya dengan sedekah.
7. Saya harus segera melaksanakan ibadah haji ketika panggilan itu telah tiba. Allahhu Akbar.
8. Saya harus menyertakan sholat hajat dalam setiap keinginan yang timbul.
9. Saya harus membaca dan memaknai Al-Qur'an lebih dari 5 (lima) halaman setiap harinya.
10. Saya harus menghafal dan memaknai beberapa ayat pilihan lebih dari 2 (dua) ayat Al-Qur'an setiap minggunya.
11. Saya harus membaca dan memaknai hadist Rasulullah Saw. lebih dari 10 (sepuluh) hadist setiap minggunya.
12. Saya harus menghafal dan memaknai lebih dari 5 (lima) hadist setiap minggunya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Maukah Terus Terpuruk?

Oleh: Hasan Ridwan Bagaimana ini? Kita masih terpuruk. Dengan apa kita bayar iuran bangunan dan iuran sekolah? Jajan anak sekolah? Bayaran listrik? Tunggakan telepon? Tunggakan iuran warga? Cicilan barang yang masih tersisa? Keperluan rumah tangga? Juga hutang-hutang yang belum dilunasi? Penghasilan pun tidak punya! Makan apa kita hari ini? Besok bagaimana? Allaahumma yaa Qoodiyal Haajaat. Yaa Tuhanku yang memenuhi segala kebutuhan. Hanya kepada Engkaulah kami berharap. Hanya Engkaulah sebaik-baik pengurus dan pemberi pertolongan. Allaahumma yaa Arhamar Roohimiin. Yaa Tuhanku yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Mohon ampuni segala dosa dan kesalahan yang telah kami perbuat. Ampuni segala kesalahan kami kepada orang tua kami. Jangan jauhkan kami dari pintu rahmat-Mu. Jangan biarkan kami terbenam di dalam kesesatan yang nyata. Jauhkan segala kekhawatiran ini. Bebaskan kami dari belenggu kesusahan dunia. Mudahkan jalan kami untuk meraih kebahagiaan dunia dan akhirat. Amien . ...

Ini Bukan WC Umum

Oleh: Hasan Ridwan Saya marah Kamu salah Saya salah Kamu tak berhak marah Tahukah kamu? Ini bukan WC umum Disana pun sudah biasa Tak usahlah banyak bertanya Maaf, berapakah yang biasa itu? Inilah Alam Seribu Dongeng Semua peran penuh misteri Hati-hati kebelet pipis Ini bukan WC umum Serpong, 22 April 2006 Pkl. 11.36 BBWI Inspirasi: Di tempat lain juga ada

Kenapa Membantah Ulil Amri?

Oleh: Hasan Ridwan Sungguh berat beban yang harus di pikul oleh seorang ulil amri ( penguasa ). Ketika setiap orang di antara kita akan dimintai pertanggungjawaban atas setiap amal perbuatan kita, mereka pun harus menambahnya dengan apa yang sudah diperbuatnya pada periode kekuasaannya. Saya yakin, tidak ada satupun yang akan terlewatkan pada saat itu. Bagi mereka yang tidak menjadi ulil amri tentu lebih mudah. Beban itu seharusnya menjadi lebih ringan. Hanya saja kebanyakan di antara kita selalu mendahului kehendak-Nya. Kita senantiasa khilaf, lidah ini memang tak bertulang, lisan pun rasanya mudah tergelincir. Para ulil amri yang memiliki komitmen untuk memberikan pelayanan terbaik pun seakan tak pernah luput dari gunjingan. Sesungguhnya pada saat itu mereka sedang menantang marabahaya. Ketika kita menggunjingkan para ulil amri apalagi sampai membantahnya maka sesungguhnya kita akan benar-benar berhadapan dengan Rasulullah Saw. dan Allah SWT. Coba renungkan sabd...