Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2018

Pasti Sholatku

Sangat jelas Pastinya shalatku!! Aku yang sungguh keji Aku yang sungguh munkar Kenapa harus sesak? Kenapa harus sakit? Kenapa harus kesal? Kenapa harus marah? Rasa yang sama Ketika dada terasa sesak Aku aktor utama Kuhayati penuh peran burukku Aku sudah tak adil Pastinya dulu pun sakit Kenapa aku? Padahal sama-sama sakit Tak pantas Kesal yang sama Mengapa aku? Mungkin sekarang dia? Jika harus marah Bukankah sama? Dia pun berhak marah Mengapa aku ini? 02102010 - "Kenapa Ini?"

Baik & Baik

Ku mulai dengan baik Mungkinkah berakhir baik? Akankah ini jalan terbaik? Kuharapkan berjalan baik Jika kita sudah tak sama Untuk apa terus bersama? Sepertinya kau mulai berubah? Entah apa yang berbeda! Sekarang aku harus bicara Tak ada makna tanpa bicara Jika sudah tak ada cinta Aku tak bisa terus memaksa 02102010 - "Telepon itu?"

Salwa, Anakku

Buah hatiku Kebanggaanku Maafkan ayah Mengecewakanmu Mungkin kau benar Ayah tak sama Mereka berbeda Haruskah bukan ayah!? Tapi Salwa, Sesungguhnya bukan itu Ayah pernah membaca Tak mesti sama Salwa, Itu bukan utama Mereka boleh berbangga ria Mereka memang lebih dari kita Tapi Salwa, Jalan mereka tidaklah sama Tak pantas menghalalkan cara Hanya untuk kenikmatan dunia Salwa, Ada HALAL dan HARAM HALAL menjadi berkah HARAM menjadi musibah Salwa, Jika HARAM yang ayah bawa Yang kau makan menjadi HARAM Darah yang mengalir di tubuhmu pun menjadi HARAM Salwa, Tak mesti sama Ayah akan terus mencoba Merncari jalan dengan membaca Salwa, Dulu ayah tak sama Kamu harus berbeda Agar bahagia, tidak hanya di dunia 02102010 - "Untuk Salwa, anakku"

Segala Keadaan Sangat Baik

Abu Yahya (Shuhaib) bin Sinan Arrumy RA meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Sangat mengagumkan keadaan seorang mukmin, sebab segala keadaannya untuk ia sangat baik, dan tidak mungkin terjadi demikian kecuali bagi seorang mukmin: jika mendapat nikmat ia bersyukur, maka syukur itu lebih baik baginya, dan bila menderita kesusahan; sabar, maka kesabaran itu lebih baik baginya" (HR. Muslim)

Di Depan Pintu Rumah Sakit Itu

Kuyakin mereka tidak mau Hanya tidur dan membisu Terlalu sepi, terlalu kaku Itu bukan yang mereka mau Jelas berbeda di tempat itu Nampak ramai, sangat ramai! Berdesak-desakan, berhimpit-himpitan Entah apa yang mereka cari Besok mungkin kembali fitri Ramadhan akan berlalu Entah siapa yang kembali fitri? Aku berdo'a untuk anda semua Tak mesti ramai, tak perlu kesana Bukan itu yang Allah cari Kalianlah yang justru beruntung Kuyakin bukan ramai Damai yang ada di hati kalian Jangan sampai terlewatkan Berdzikirlah untuk bekal kalian 09091020-"Di depan pintu masuk RS"

Syukurku PadaMu

Syukurku Pada-Mu Oleh: Hasan Ridwan Terima kasih Ya Allah Tak sedetik pun kau lewatkan Meski tak pernah memuja Namun Engkau tak lupakan hamba Ucap syukurku pada-Mu Bukan untukku tapi aku juga Semua sudah jelas terbaca Dari arah yang tak disangka Manusia senantiasa lupa Ketika syukur menghampiri dia Manusia senantiasa ingat Ketika derita menguji dia Sebatas menguji Harusnya bersyukur Bukan malah mencaci Jika itu benar Harusnya bersyukur Maafkan, tak pandai bersyukur 14092010-"Si Merah Ati"

Mimpi Kaya Dalam Tidur Mereka

"Tidur-tiduran itu untuk orang kaya, berarti kamu sudah kaya tidur-tiduran segala!" Pertanyaanku, apakah benar tidur-tiduran hanyalah hak prerogatif yang dimiliki oleh orang-orang kaya? Bagaimana dengan mereka yang belum kaya? Yang ingin kaya? Sedang bermimpi menjadi orang kaya? Saya jadi teringat Rhoma Irama: yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin! Orang kaya sepertinya memiliki nafas yang lebih panjang. Meskipun mereka tidur-tiduran dalam waktu sehari, dua hari, satu minggu atau bahkan sampai dengan satu bulan, pasti mereka masih mampu untuk bernafas. Mereka tak perlu cemas memikirkan resiko belanja kebutuhan sehari-hari, darimana menutup biaya operasional sebagai tuntutan gaya hidup mereka. Mereka dapat dengan sangat mudah mengaturnya dengan mencairkan bunga depositonya, menarik dana tunai via atm, mengambil laba perusahaan dll. Kondisi yang paling buruk pun mereka masih bisa bernafas lebih panjang dengan menjual sebagian aset yang mereka miliki.

Bukan Bung Karno

Soekarno adalah pahlawan bangsa Bersama Bung Hatta, beliau (tetap) proklamator kita Sungguh banyak jasa beliau Siapa yang berani membantah? Jangan khawatir, Tak perlu cemas Bukan Bung Karno yang patut dikasihani Bukan mereka, bukan para pahlawan yang patut dikasihani Saya yakin dan sungguh yakin, Mereka telah mendapatkan tempat disisi-Nya Yang saya khawatirkan adalah kita Apa yang sudah kita perbuat? Bisa apa kita? Apa yang sudah kita berikan kepada mereka? Apa yang sudah kita berikan untuk hati kita? Apa bekal kita di yaumiddin? Saya yakin, Bung Karno akan menangis Melihat kita seperti ini Segera mendekat, raih ridho-Nya Bukankah kita semua saling bersaudara? Hallo? Apa kabar? Serpong, 22 April 2006, Pkl. 12.28 BBWI Inspirasi: Dimas khawatir soal Bung Karno

Apa Yang Kamu Cari? Sumber Penyesalan?

"Saya sebenarnya sudah coba di Jakarta. Tapi karena kepengurusan disana sudah ada dan sudah terisi semua, kebanyakan sih masih kerabat keluarga, maka saya akan coba di Bandung. Saya ingin aktif di kepengurusan Bandung", demikian yang saya tangkap dari saudara kita yang nampaknya sangat terobsesi. Subhanallah. Apa yang kau cari teman? Sampai sebegitu ambisiusnya! Kamu sengaja datang ke Bandung untuk "meminta jatah"? Kamu ingin tercatat sebagai pengurus di organisasi ini? Jika kuperhatikan, sejatinya kamu memang sangat ambisius. Meskipun kamu sudah tahu soal bakal kepengurusan yang lain, kamu seolah tidak peduli. Kamu masih bertanya soal banyak hal, apapun kau coba cari-cari. Siapa tahu memang ada peluang! Padahal kamu sudah tahu soal mekanisme organisasi. Semuanya sudah berjalan. Harusnya kamu bisa mengetahui itu. Harusnya kamu bisa menghargai itu. Bukankah kamu lebih paham soal organisasi? Mungkin mereka adalah nothing. Bakal kepengurusan yang ada sangat

Rejeki & Kematian

Oleh: Hasan Ridwan Akankah hidup itu menjadi indah jika berbagai kemewahan dunia sudah kita miliki? Akankah kenikmatan itu benar-benar dapat kita rasakan jika mempunyai pekerjaan terpandang, jabatan tinggi, gaji besar, fasilitas kantor yang serba lengkap, rumah mewah, mobil mewah, perhiasan mentereng, tabungan dan deposito melimpah? Akankah kita menjadi orang yang serba kekurangan ketika kita tidak memiliki satupun diantaranya? Mengapa kita menjadi sedemikian hina. Ketika dunia harus menjadi pelayan kita, mengapa kita malah mengemis-mengemis meminta dunia? Sudah waktunya kita mengobati qalbu kita. Sekarang juga. Kita tidak boleh terlalu banyak “bermimpi”. Janganlah menipu diri sendiri. Berbagai kemewahan itu hanyalah fatamorgana. Tidaklah pantas, sungguh sangat tak pantas jika kita terus meratapi ketidakmampuan kita untuk memiliki dunia. Pernahkah berfikir bagaimana rasanya jika mata kita tidak bisa melihat? Seperti apa rasanya jika telinga kita tidak bisa mendengar? Apa yang akan