Langsung ke konten utama

Pasti Sholatku

Sangat jelas
Pastinya shalatku!!
Aku yang sungguh keji
Aku yang sungguh munkar

Kenapa harus sesak?
Kenapa harus sakit?
Kenapa harus kesal?
Kenapa harus marah?

Rasa yang sama
Ketika dada terasa sesak
Aku aktor utama
Kuhayati penuh peran burukku

Aku sudah tak adil
Pastinya dulu pun sakit
Kenapa aku?
Padahal sama-sama sakit

Tak pantas
Kesal yang sama
Mengapa aku?
Mungkin sekarang dia?

Jika harus marah
Bukankah sama?
Dia pun berhak marah
Mengapa aku ini?

02102010 - "Kenapa Ini?"

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Maukah Terus Terpuruk?

Oleh: Hasan Ridwan Bagaimana ini? Kita masih terpuruk. Dengan apa kita bayar iuran bangunan dan iuran sekolah? Jajan anak sekolah? Bayaran listrik? Tunggakan telepon? Tunggakan iuran warga? Cicilan barang yang masih tersisa? Keperluan rumah tangga? Juga hutang-hutang yang belum dilunasi? Penghasilan pun tidak punya! Makan apa kita hari ini? Besok bagaimana? Allaahumma yaa Qoodiyal Haajaat. Yaa Tuhanku yang memenuhi segala kebutuhan. Hanya kepada Engkaulah kami berharap. Hanya Engkaulah sebaik-baik pengurus dan pemberi pertolongan. Allaahumma yaa Arhamar Roohimiin. Yaa Tuhanku yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Mohon ampuni segala dosa dan kesalahan yang telah kami perbuat. Ampuni segala kesalahan kami kepada orang tua kami. Jangan jauhkan kami dari pintu rahmat-Mu. Jangan biarkan kami terbenam di dalam kesesatan yang nyata. Jauhkan segala kekhawatiran ini. Bebaskan kami dari belenggu kesusahan dunia. Mudahkan jalan kami untuk meraih kebahagiaan dunia dan akhirat. Amien . ...

Ini Bukan WC Umum

Oleh: Hasan Ridwan Saya marah Kamu salah Saya salah Kamu tak berhak marah Tahukah kamu? Ini bukan WC umum Disana pun sudah biasa Tak usahlah banyak bertanya Maaf, berapakah yang biasa itu? Inilah Alam Seribu Dongeng Semua peran penuh misteri Hati-hati kebelet pipis Ini bukan WC umum Serpong, 22 April 2006 Pkl. 11.36 BBWI Inspirasi: Di tempat lain juga ada

Kenapa Membantah Ulil Amri?

Oleh: Hasan Ridwan Sungguh berat beban yang harus di pikul oleh seorang ulil amri ( penguasa ). Ketika setiap orang di antara kita akan dimintai pertanggungjawaban atas setiap amal perbuatan kita, mereka pun harus menambahnya dengan apa yang sudah diperbuatnya pada periode kekuasaannya. Saya yakin, tidak ada satupun yang akan terlewatkan pada saat itu. Bagi mereka yang tidak menjadi ulil amri tentu lebih mudah. Beban itu seharusnya menjadi lebih ringan. Hanya saja kebanyakan di antara kita selalu mendahului kehendak-Nya. Kita senantiasa khilaf, lidah ini memang tak bertulang, lisan pun rasanya mudah tergelincir. Para ulil amri yang memiliki komitmen untuk memberikan pelayanan terbaik pun seakan tak pernah luput dari gunjingan. Sesungguhnya pada saat itu mereka sedang menantang marabahaya. Ketika kita menggunjingkan para ulil amri apalagi sampai membantahnya maka sesungguhnya kita akan benar-benar berhadapan dengan Rasulullah Saw. dan Allah SWT. Coba renungkan sabd...