Langsung ke konten utama

Apa Yang Kamu Cari? Sumber Penyesalan?

"Saya sebenarnya sudah coba di Jakarta. Tapi karena kepengurusan disana sudah ada dan sudah terisi semua, kebanyakan sih masih kerabat keluarga, maka saya akan coba di Bandung. Saya ingin aktif di kepengurusan Bandung", demikian yang saya tangkap dari saudara kita yang nampaknya sangat terobsesi.

Subhanallah. Apa yang kau cari teman? Sampai sebegitu ambisiusnya! Kamu sengaja datang ke Bandung untuk "meminta jatah"? Kamu ingin tercatat sebagai pengurus di organisasi ini?

Jika kuperhatikan, sejatinya kamu memang sangat ambisius. Meskipun kamu sudah tahu soal bakal kepengurusan yang lain, kamu seolah tidak peduli. Kamu masih bertanya soal banyak hal, apapun kau coba cari-cari. Siapa tahu memang ada peluang! Padahal kamu sudah tahu soal mekanisme organisasi. Semuanya sudah berjalan.

Harusnya kamu bisa mengetahui itu. Harusnya kamu bisa menghargai itu. Bukankah kamu lebih paham soal organisasi?

Mungkin mereka adalah nothing. Bakal kepengurusan yang ada sangat miskin pengalaman. Kau jauh lebih senior. Tapi mohon maaf, bagiku kamu harus dikasihani. Untuk apa kau seperti itu? Untuk apa jabatan itu?

Maaf teman, kamu sudah gelap mata. Tak bisa bercermin kepada hati nurani. Ambisimu telah membutakan mata hatimu. Sesungguhnya yang kamu cari akan menjadi sumber penyesalanmu.

Hal ini senada dengan apa yang pernah disabdakan oleh Rasulullah Saw., Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah r.a bahwa Rasulullah Saw. bersabda: "Sungguh kelak kalian akan kemaruk jabatan, sementara jabatan itu akan menjadi sumber penyesalan bagi pelakunya pada hari Kiamat (jika tidak diemban dengan benar)".

Saya terus terang masih bingung dengan anda. Setahuku jabatan itu adalah amanah. Setiap amanah akan dimintai pertanggungjawabannya kelak. Kok kamu malah repot-repot "meminta jabatan" itu? Apa yang kamu cari?

Menurutku, lebih baik kamu kembali ke Jakarta. Masih banyak lagi yang bisa dilakukan. Jangan terlalu ambisius. Jika kamu tetap pada keinginanmu, saya khawatir kamu akan terbebani. Dan saya sangat khawatir, orientasimu lebih kepada kekuasaan belaka. Kamu tidak akan pedulikan hati nuranimu. Kamu akan semakin jauh dari pertolongan-Nya.

Saya perlu sampaikan sabda Rasulullah Saw. berikut ini. Bukhari-Muslim meriwayatkan dari 'Abdurrahman bin Samurah r.a, ia berkata: "Wahai 'Abdurrahman bin Samurah, janganlah engkau meminta jabatan, sebab jika engkau memangku jabatan tanpa memintanya terlebih dahulu, engkau akan diberi pertolongan dalam mengembannya; sedang jika engkau memangku jabatan dan sebelumnya engkau memang memintanya, engkau akan terbebani dalam mengembannya. Jika engkau sudah bersumpah melakukan/meninggalkan sesuatu, namun engkau melihat ada sesuatu lain yang lebih baik, maka ambillah yang lebih baik itu dan tebuslah sumpahmu yang dulu".

Bagaimana teman? Jangan salah kaprah. Sebelum kamu semakin jauh terperosok. Lupakan jabatan itu. Belum apa-apa kamu sudah salah langkah. Ikuti kata hati. Belajarlah memimpin hati kita. Walau bagaimanapun kau tetaplah pemimpin. Meski tidak dalam organisasi ini.

Bukhari-Muslim meriwayatkan dari 'Ibnu Umar r.a, ia berkata: "Aku pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: "Semua orang dari kalian adalah pemimpin dan kelak akan dimintai pertanggungjawabannya. Seorang imam adalah pemimpin dan kelak akan dimintai pertanggungjawabannya. Seorang suami adalah pemimpin dalam keluarganya dan kelak akan dimintai pertanggungjawabannya. Seorang istri adalah pemimpin dalam rumah tangga suaminya dan kelak akan dimintai pertanggungjawabannya. Seorang pelayan adalah pemimpin (pengelola) dalam harta majikannya dan kelak akan dimintai pertanggungjawabannya. Setiap orang dari kalian adalah pemimpin dan kelak akan dimintai pertanggungjawabannya".

Sabtu, 10 Mei 2008, Pkl. 21.43 BBWI

Inspirasi: Dia yang kasak kusuk di DPD Salah satu partai politik di Jabar

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Segala Keadaan Sangat Baik

Abu Yahya (Shuhaib) bin Sinan Arrumy RA meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Sangat mengagumkan keadaan seorang mukmin, sebab segala keadaannya untuk ia sangat baik, dan tidak mungkin terjadi demikian kecuali bagi seorang mukmin: jika mendapat nikmat ia bersyukur, maka syukur itu lebih baik baginya, dan bila menderita kesusahan; sabar, maka kesabaran itu lebih baik baginya" (HR. Muslim)

HASAN RIDWAN

"Meluruskan Tekad, Menjemput Rejeki" Sungguh Allah Maha Baik. Tidak sepatutnya ada keraguan betapa Allah SWT senantiasa mencurahkan limpahan taufik dan hidayah-Nya. Meski kebanyakan kita berlumuran dosa namun Allah SWT. tetap memberikan rahmat itu. Kita sudah diingatkan mengenai kontrak itu. Siapa yang berani membantah? Sanggupkah kita membelinya? Tulisan ini tidak lebih hanya sekadar upaya untuk mengingatkan kembali kepada diri sendiri. Saya harus menyusun langkah ini agar lebih istiqomah lagi mengharapkan ridho-Nya. Semoga Allah SWT. senantiasa memberikan kekuatan kepada kita semua untuk tetap mahabbah & ma'rifat kepada-Nya. Amien. H : H arus Punya Tekad A : A gamaku (Harus) Islam S : S elalu Mengingat Allah A : A krab Dengan Sesama Muslim N : N amanya Sakinah Mawaddah Warahmah R : R enungkan arti dan makna zuhud I : I lmu Yang Bermanfaat D : D emi Waktu W : W ajib Hukumnya Untuk Berbagi A : A nak Yang Sholeh N : N ikmati Setiap Proses