Oleh: Hasan Ridwan
Allaahumma yaa Qoodiyal Haajaat. Yaa Tuhanku yang memenuhi segala kebutuhan. Hanya kepada Engkaulah kami berharap. Hanya Engkaulah sebaik-baik pengurus dan pemberi pertolongan. Allaahumma yaa Arhamar Roohimiin. Yaa Tuhanku yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Mohon ampuni segala dosa dan kesalahan yang telah kami perbuat. Ampuni segala kesalahan kami kepada orang tua kami. Jangan jauhkan kami dari pintu rahmat-Mu. Jangan biarkan kami terbenam di dalam kesesatan yang nyata. Jauhkan segala kekhawatiran ini. Bebaskan kami dari belenggu kesusahan dunia. Mudahkan jalan kami untuk meraih kebahagiaan dunia dan akhirat. Amien.
Tak ada asap jika tak ada api. Sesungguhnya apa yang kita alami sekarang tidak pernah terlepas dari apa yang sudah kita kerjakan. Keterpurukan ini adalah “hasil panen terbaik” yang harus kita petik. Kita harus bersyukur, meski “gagal panen”, tetapi Allah SWT. masih bersama kita. Sekarang terserah kita, maukah terus terpuruk?
Kita sudah salah kaprah. Benih yang kita tanam ke dalam qalbu tidak jelas bobot, bibit dan bebetnya. Qalbu kita sangat tidak terawat. Pupuk yang kita berikan ke dalam qalbu sudah terlalu banyak mengandung “racun”. Qalbu kita sudah sedemikian rusak. Jangan salahkan takdir. Qalbu kita sejatinya “belum layak panen”.
Kita harus segera bangkit. Kita harus segera menginstall ulang program keimanan kita. Kita harus lakukan secara bersama-sama. Buang jauh segala virus yang masih menempel di dalam qalbu kita. Ikuti petunjuk yang sudah diberikan oleh Allah SWT. agar kita tidak semakin jauh terpuruk. Akankah kita masih bersama?
Allah SWT. telah mengingatkan kita dalam Al-Qur’anul Karim pada
“Maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka dan tidak pula mereka bersedih hati”. (QS. Al-Baqarah: 38)
Sekarang semua terserah kita. Hidup adalah pilihan. Hijrah atau semakin jauh tersesat? Sanggupkah kita terus bertahan dalam kondisi seperti ini? Setiap hari kita senantiasa diliputi oleh berbagai kekhawatiran. Apa yang akan terjadi besok? Hari ini bagaimana? Bagaimana kita hidup sekarang ini?
Setiap hari kita senantiasa dilanda kesedihan. Kita senantiasa tidak pernah puas dengan keadaan. Betapa banyak keinginan namun tak kunjung terwujud. Betapa banyak ratapan kekecewaan. Kita senantiasa berada dalam kekurangan. Kita selalu menyusahkan orang lain. Kita hanya menanti harapan. Semua serba tak pasti. Emosi pun semakin tidak terkendali. Kita semakin jauh terpuruk. Qalbu kita semakin rusak. Sungguh sebuah kondisi yang sangat menyesatkan. Naudzubillahi min dzalik.
Harapan itu sudah pasti ada. Meski kemarin “gagal panen”, kita masih beruntung. Kita harus selalu bersyukur. Allah SWT. masih menyayangi kita. Meski serba kekurangan, qalbu kita tak pernah “mati”. Sekarang saatnya kita berhijrah. Jangan sampai jauh terpuruk. Sekarang juga kita harus bertaubat. Taubatan Nasuha. Luruskan niat, buang jauh ego pribadi, jangan menyiksa diri, hilangkan keraguan, hanya kepada Allah SWT. semata kita berserah diri dan hanya keridloan-Nya lah yang kita cari.
Rasulullah Saw. telah memberikan petunjuk yang sangat jelas:
Komentar